Kalau pena itu adalah nafas, Maka menulis adalah paru-parunya.


Breaking News

Rabu, 10 Januari 2018

APD - Alat Pelindung Diri

_ALAT PELINDUNG DIRI (APD)_


Masa Kecil
Bagian satu
Cikereteg 1980-an
Suatu kehormatan berada dilingkungan rumah yang aku kategorikan baik, bayangkan saja keluargaku hidup di lingkungan pasar, dunia yang biasa orang bilang kotor karena fakta atau dunia rawan bagi anak-anak dan pertumbuhannya.
Bapak ku bukanlah seorang ustadz atau tokoh masyarakat di kampung, namun bila keduanya bertemu maka akan sedikit membungkuk.
Yah bapak ku orang yang sedikit dermawan di zamannya.
Bapakku orang yang sangat keras dalam mendidik anak, usiaku blm lah 4 tahun tapi sudah di sunat, hal yang jarang di lakukan di kampung ku, biasa ya menginjak usia kisaran 6 keatas.
Aku adalah lelaki pertama di keluarga
Tahu sendirilah, tanggung jawab nya sangat besar
Makanya, aku dididik sendiri dari tangan bapakku
Aku sempat mengeluh anak seusiaku harus mengikuti jadwal belajar bapak, walau cuma habis subuh, habis duha dan setelah maghrib, selalu bercengkrama dengan juz 'amma kalau di kampung ku namanya "tuturutan", selama setahun, untuk sholat aku di ajar oleh malaikat tanpa sayapku bersama nada mesin jahitnya.
Usia 4 tahun ini keren banget, di usia ini aku telah melakukan pemberontakan karena malasku untuk mengaji, dan seusiaku ini telah bisa memikirkan tentang rencana kabur alias melarikan diri, dan berlindung di sebuah pabrik kerupuk di kampung, aku tak pernah di cari bapak ku, hanya lapar yang membuat aku harus berlindung di pelukan mamah.
Kehidupan pasar membuat bapak selalu waspada, dan usia ku baru 5 tahun, akhirnya aku pertamakalinya memiliki seorang guru di muka bumi ini selain mamah dan bapakku, dulu nama sekolah nya Sekolah Agama Ajengan Syafei tepat nya di cibolang, yang menurut ku sangat jauh untuk cuma ngaji saja, kadang membuatku lelah dan lebih memilih ngaji dengan bapak, namun karena indahnya bercengkrama dengan Al-Qur'an di usiaku, walau jauh aku jalani.
Aku sempat bertanya sama bapak,
" pak, mengapa aku harus ngaji tiap hari, dan mengulang setiap ba'da subuh?.."
Ayah menjawab: Al-Qur'an adalah pelindung bagi setiap manusia, dan petunjuk bagi orang beriman, yang akan melindungi diri kita dari kemungkaran.
Jadikan Al-Qur'an sebagai alat pelindung dirimu nak, yang bisa mencegah engkau berbuat maksiat, dan ketika engkau menjaga Al-Qur'an maka hakikat ya Al-Qur'an lah yang menjagamu.
Sampun
Mengenang Almarhum Bapak

Read more ...

PADI PARA PETANI

_PADI PARA PETANI_

Gerimis hujan di suatu senja yang tak mereda
Para petani sedang mencangkul pesawahan padinya
Dalam wajah-wajah penuh do'a
Dalam wajah-wajah penuh semangat
Dalam wajah-wajah penuh harap
Aku di tanam
Selayaknya bayi yang baru lahir aku berteriak kencang
Melihat wajah-wajah yang menyabutku haru
Wajah tanah yang lembut
Rangkulan air yang menyegarkan
Dan semua bening saja walau ada beberapa yang kehijauan
Tapi aku di beningkan saja
Biar nanti semua dalam serta penuhi warnanya
Tapi, itu bukan hama menoda
Sampai kini usia ku hanya beberapa bulan saja
Aku di tempa di pesawahan oleh petani-petani tangguh
Pembelajaran hebat terjaga dalam hujan badai
Aku kira ia akan lengah mengawasi
Saat hama dan burung datang
Ia sabar, telaten, ikhlas dan penuh kasih
Kamilah padi nya, padi dari para petani
Ia memberi jiwa di setiap butirnya
Kelak jiwa itu akan menyatu dalam manfaat dan keberkahan
Pagi dakam cinta, malam dalam do'a
Ia memberi vitamin di hatinya ketika semakin terisi
Bukan untuk mendongak tapi untuk merunduk dalam sujud bumi
Bukan untuk di hargai tapi menebar manfaatnya
Saat panen tiba, aku kira para petani itu akan menyambutku dengan suka cita
Ia malah menempaku di pesawahan dengan membenturkan ratusan nasihat sebagai pengingat
Huft..
Aku kira selesai dalah petuah nya
Para petani malah mengoyak kami dalam ujian
Sehebat apa padi kami atas nama beras
Terimakasih para petani
Kini aku energi bagi makhluk di bumi
Satu hal yang menjadi muhasabah
Padi yang telah menjadi beras tak pernah berlebel petani
Tapi dunia tau yang menanam padi adalah petani
Dan kami bangga menjadi padi para petani
Sampun
Dari jabon,blender dan fujairah dan beberapa tempat yang belum ku singgahi
Read more ...

Menghujam Atas Nama Cinta

Menghujam Atas Nama Cinta

Pagi membuta aku terjaga
Akhir-akhir ini tidurku tak nyenyak
Mata menutup telinga terbuka
Dan hati terasa sesak
Tapi aku tidak sakit
Aku menatap tembok dinding kamar ruang kerja
Tepat pukul setengah tiga
Saatnya berbicara pada Tuhan
Dalam beberapa rakaat saja
Aku terdiam di atas sajadah
Pasrah dan berserah
Tuhan..
Malam ini aku berlindung di balik cintamu
Dari mata dan mata mereka yang membuat pandanganku sempit
Dari yang menyumbat hidungku hingga nafas sesak
Dari kata dan kata-kata mereka yang menusukku
Dari teriakan dan teriakan mereka yang memekakkan
Dari jabat tangan yang di hempaskan
Dari pelukan yang di tepiskan
Dari langkah yang terhentikan
Dari hati yang dimatikan
Katanya mereka melihatku dengan cinta
Kata dan katanya memaniskan jantung dan darahku
Pelukannya begitu mencekikku
Kata nya mereka hadir penuhi cinta
Tapi ketika aku datang
Ia menghujamku atas nama cinta
Tuhan..
Cinta seperti apa yang aku saksikan
Kalau mencintai mereka begitu sakit
Rangkul aku atas nama cinta
Biar syukurku menjadi rantai kehidupan atas nama cinta
Dan menghujam mereka atas nama cinta
Sampun
Yellow Truck di tengah kota
#30DWCJILID10
#Squad5
#day6
#semangatmenulis
Read more ...

NYANYIAN RUMPUT YANG BERGOYANG

NYANYIAN RUMPUT YANG BERGOYANG


ini yang biasa tawa kecilku tersaji dalam bibir lebarku yang kukulum manis, ganteng dan menggetarkan.
Dan kali inipun saat duduk di beranda di kursi tua pak Jendral yang sebenarnya cukup usang, tapi aneh terasa nyaman dan betah aku duduki berlama-lama, seraya menatap kedepan, rerumputan yang molek mencuri pandang sekilas yang senyumnya kadang menggoda, apalagi saat angin berbisik di telinganya, ia berbenturan mendesah menyapu, seolah mengajakku berbicara dalam tatapan kosongku lurus menatap di balik nya.
Ia bergerak lagi, dan kali ini ia bernyanyi dalam dawai yang tak pernah ku dengar sebelum nya
Begitu menenangkan.
Jiwa
Aku coba bertanya,
Siapa yang menanam mu kawan?
Ia hanya menatap batang,
Hhhmmmmm...
Aku tertegun sejenak dan ku lihat batang seperti tahu aku akan bertanya pada nya
Tiba-tiba batang menujuk kebawah agar akar menjawab pertanyaanku
Agak kaget ketika akar menatapku tajam, tatapan mengintimidasi dalam menusuk ulu hatiku, merinding sekali ketika ia sebenarnya sembari memeluk tanah basah bahwa sebenarnya ia bergantung pada tanah, dan memaksa tanah menjawab pertanyaanku.
Aku kebingungan ketika tanah berbisik pada HARA yang sedang bermain air
Aku hanya bisa bersujud di atas tanah saat air me jelaskan semua nya bahwa Tuhan yang telah membuat skenario ini sehingga kami bisa belajar atasnya.
MasyaAllah, begitu tafakur nya semua makhluk mu ya Allah..
Andai angin, rumput, batang, akar, tanah, hara dan air saling menyombongkan diri, mungkin saat ini tak kan terdengan nyanyian rumput yang bergoyang.
Hahaha..
Tertawaku kini lebar, bibir ku sudah tidak manis lagi, yang terlihat hanya bentuk gigi tak rata dan besar saja..
Ini bahaya, ganteng ku bisa turun 25 persen ini dalam kemarahan menertawakan ego dan ambisiku
Sombong!
Hahaha.. aku malu saat titipan angin mencium lembut ke nuraniku
Kau yang jauh dan menyebalkan dan ku rindukan..
Hihihi..
Aku kembali terduduk di kursi usang dan tua pak Jendral, kali ini kopi tersaji pemberian sahabat, sembari mulupakan apa yang telah dilakukan biar Tuhan yang berkata dan bumi bersaksi saja.
Dan lakukan lagi terus dan menerus bergerak.
Diam dan mati hanya milik orang yang tak bisa berdiri di kakinya sendiri, resapi jangan keliru..
Dan..
Sore tadi aku begitu menikmati nyanyian rumput yang bergoyang..
Sampun
Dari Fujairah titipan angin
Read more ...

BERSELIMUT BADAI

BERSELIMUT BADAI

Aku berdiri di tepian tebing berjurang di sebelah kananku
Banyak terlihat dedaunan yang mulai mengering menempel pada karang hanya tercium angin dan wangi basah yang titipan angin juga terkumpul dari segala penjuru
Ia mengakar kuat pada tebing, memeluknya erat dengan senyuman murahan menganguk-angguk
Kemudian ia nikmati dalam diamnya dan tak bergerak dari zona nyaman, yang menggerogoti secara perlahan dalam kesakitan
Aku membuat sebuah dataran yang belum sempurna, mari kita buat sempurna agar kita bisa menari bersama, hingga bisa "ngabalakatak babareungan", kita di tebing yang menunggu badai
Berusaha bukan kita yang mencipta badai, biar badai yang akan menemukan kita, biar kita kuat bersama walau harus hidup berselimut badai
"Kita ini INSAN bukan seekor SAPI" (fortwenty)
Bergeraklah dari zona ini
Biar semua tau bahwa hidup kita akan berarti
Cuma saja kamu tidak yakin bisa bersama dalam satu hati, belum berani merangkul jiwamu sendiri dalam jiwa-jiwa yang kita pun tak tahu ada yang sejiwa
Ini bukan seleksi alam, ini hukum rimba dimana yang terkuat menjadi raja
Ingat kita ini Insan Bukan Seekor Sapi
Lakukanlah seperti insan.
Itu saja!.
Aku berdiri di tepian tebing menjulang di sebelah kiriku, membenturkan ketidak tahuanku dalam tawa-tawa yang mencemooh,
Hihihi, aku tertawa kecil polos dan lugu, aku baru tahu tebing tetaplah tebing yang tak rela di injak dan di jamah oleh kaki-kaki kecil penuh semangat dan harapan mendaki kepuncak..
Awaaaaaasss ada badai datang lagi, dengan tawa-tawa lain yang lebih mencekik
Kita harus berangkulan bertahan dari badai, tak bisa berlindung pada tebing menjulang, ia akan meruntuhkan mu
Kita harus survive mencipta daratan tempat kita berpijak
Hihihi, jangan cengeng, air mata hanya untuk para pecundang yang memegang erat julang tebing atau tebing jurang
Kau tinggal merangkul jiwa-jiwa yang sejiwa dengan mu walau harus berselimut badai.
Jika kita berselimut badai,
Apa yang akan kau kakukan?
Sampun
Sebuah tempat di pancawati yang sejiwa denganku.
Read more ...

Berdiskusi Dengan Pagi

_BERDISKUSI DENGAN PAGI_


Langit buta gulita dengan cahaya rembulan sisa jaga malam dan ratusan titik sinar setiap kutengok sekelilingnya
cukup syahdu duduk di beranda bersama dingin yang setia sesaat datang dan pergi, entah ia akan datang kembali atau selamanya pergi
memeluk berjuta fikiran yang entah pada apa, berkecamuk memenuhi ruang hampa banyak noda tak terjamah oleh nurani
yang pasti secangkir kopi hangat begitu menginspirasi saat berdiskusi dengan pagi, entah sendiri dalam bimbang atau ratusan bintang yang hanya tertawa manis atau mencibir tak pasti
tentang hari yang terlewat dan berlalu begitu saja dengan sekelumit pertanyaan yang tak pernah terjawab "apa yang telah kulakukan hari ini?"..
Pagi, mari kita berdiskusi
Bersahabatlah sejenak, bantu aku menemukan hari, dimana sisa-sisa lelah semalam kutumpuk padamu
Raut mukaku berwajah lelah namun senyumku tetap optimis pada ujung dunia yg entah akan sampai
Pagi, mari kita berdiskusi
Sebelum kokok berteriak, aku mohon jaga rahasia kita, tentang mimpi dan harapan yang terpaut dalam do'a,
Aku ingin matiku di kenang dalam pusara sejarah yang tak berubah
Pagi, mari kita berdiskusi, sebelum matahari terbangun,
Titipkan pesan pada angin untuk memeluk hangat semangatku,
Agar lelah ia tak pudar, agar ia kokoh tegar
Titipkan pesan pada angin kalau ia akan menjaga ku hingga semua nafas ringan, hingga mudah melangkah dan menggapai tujuan
Pagi, mari kita berdiskusi!..
Sampun
Read more ...

_BANGKU KOSONG_

 Aku duduk dalam bangku ayunan disebuah pantai yang berujung langit
Mataku menatap tajam padanya dengan pandangan kosong
Hanya otakku berkecamuk berfikir dan hatiku bergemuruh merasa
Atas kesekian sepi ku tanpa angin aku seperti mati tak beraroma
Aku coba berbicara pada Tuhan dalam sebuah do'a penuh harap penuh mohon
Jika bangku di sampingku adalah kehidupan, titipkan cinta pada Malaikat Mu agar dunia ini bisa ku bawa dalam kedamaian, tapi andai yang tertitip adalah rasa sakit, berikan aku kekuatan untuk berdamai dengan rasa takut dan ketakutan Engkau tinggalkan dalam kehampaan
Andai yang tertitip dalam bangku di sampingku adalah rezeki, kuatkan kebaikan dalam semangat berbagi pada sesama
Bila bangku di sampingku adalah sahabat, mohon titipkan pesan lewat Malaikat tentang kegelisahanku padanya, sehingga aku bisa membeda mana yang datang menemani atau pergi, mana yang mencintai atau memusuhi, mana yang peduli atau munafik, mana yang tulus atau penjilat, hingga tergambar di jiwaku wajah-wajah sejiwa untuk berjalan berdampingan dalam pesona dunia yang kadang akupun takut berjalan sendirian
Jika bangku di sampingku adalah ganteng, titipkan kekuatan padaku untuk bisa menggantengkan orang lain, hingga ia bisa menggantengkan sesama yang lainnya
Bila bangku di sampingku adalah waktu, berikan kekuatan dalam setiap detiknya kemanfaatan untuk jiwaku dan jiwa-jiwa lain agar bisa lebih berwarna dan kami saling mewarnai
Bila bangku di sampingku adalah surat undangan kematian, titipkan pesan pada Malaikat Mu, agar jangan dulu di sampaikan padaku, hingga aku bisa mengisi bangku di sampingku dengan taubat dan ampunanmu, hingga ringan jalan dan jejak yang kutinggalkan bisa menjadi selimut yang hangat untuk para pendosa ini, hingga kami halal berada dalam salah satu firdaus yg engkau janjikan dalam Al-Qur'an
Sampun
menuju Dialog Pada Embun Pagi
Note: nuhun buat wak Hermawan StillHeroes udah jadi model dan inspirasiku hari ini.
Read more ...
Designed By